twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Rabu, 07 Desember 2011

Resensi Alni

Heran deh sama Indonesia banyak banget masalah dari mulai pendidikan, korupsi, kemiskinan de-el-el, itu kesan yang aku dapat dan (kembali) aku sadari setelah menonton film Alangkah Lucunya Negeri Ini (ALNI), film hasil kolaborasi penulis Musfar Yasin dan sutradara Deddy Mizwar. Film ini banyak mengandun pesan moral tentang hal-hal yang terjadi Indonesia, mulai dari ideologi, sosial, budaya, politik, pendidikan, kriminalitas, generasi muda hingga agama. Saat menonton film ini kita bisa sekalian merenung dan cenderung merasa prihatin dengan keadaan Indonesia saat ini karena film yang dibuat oleh Deddy Mizwar ini memang menyajikan masalah-masalah dan menyindir tentang berbagai permasalahan di Indonesia saat ini.


Film ini menceritakan tentang seorang pemuda sarjana Manajemen bernama Muluk (Reza Rahadian) yang sedang berusaha mencari kerja untuk membantu ayahnya, Pak Makbul (Deddy Mizwar). Ia juga sedang dijodohkan  dengan anak gadis dari Haji Sarbini (Jaja Miharja) dan kenyataan belum mempunyai pekerjaan membuatnya sedikit frustasi. Ia sempat terpikir untuk beternak cacing tapi belum apa-apa semua orang sudah tertawa mengejeknya.

Sampai akhirnya saat ia sedang berjalan-jalan di pasar, ia melihat seorang anak kecil sedang mencopet dompet seorang ibu-ibu. Ia pun mengejarnya dan menangkap anak tersebut, tapi akhirnya melepaskannya dan tidak melaporkannya ke polisi. Karena merasa berhutang anak itu pun mengajaknya menemui bos-nya yang bernama Bang Jarot (Tio Pakusadewo), ia merupakan pimpinan dari para pencopet cilik. Muluk pun berpikir untuk memanfaatkan ilmu manajemen yang ia telah miliki untuk membantu para pencopet dan Bang Jarot, setelah bernegosiasi maka tercapailah kesepakatan antara 2 orang ini.

Muluk berusaha membantu pencopet-pencopet ini dengan mengatur keuangan yang mereka punya dan memikirkan usaha yang lebih halal dengan modal dari uang tersebut. Awalnya, para pencopet ini menolak, tapi karena takut oleh bang Jarot mereka pun mau mengikuti saran dari Muluk.

Singkat cerita, Muluk menyadari kurangnya pendidikan yang pencopet-pencopet ini miliki dan ia berinisiatif untuk memberikan pendidikan pada para pencopet-pencopet ini. Ia pun mengajak temannya  yang bernama Syamsul (Asrul Dahlan), seorang sarjana pendidikan yang kerjaannya main gaple’ tiap hari untuk mengajarkan para pencopet ini. Selain itu, ia juga mengajak Pipit (Tika Bravani) untuk mengajarkan agama islam pada para pencopet-pencopet ini. Akhirnya pekerjaan Muluk ketahuan oleh ayahnya danayahnya pun kecewa berat terhadap anaknya.

Film ini berani hadir untuk kembali mengingatkan kita pentingnya ekspresi kritis untuk masa depan bangsa. Film ini juga berhasil meramu apik sikap kritisnya tanpa perlu vulgar menyebut siapa yang dikritiknya.

Begitu banyak pelajaran yang bisa didapat dari film berdurasi 105 menit ini dan saya sangat merekomendasikan film ini untuk ditonton oleh masyarakat Indonesia agar mereka dapat menyadari keadaan negeri ini khususnya bagi para pejabat pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar